Sebagai Kader partai Golongan Karya (Golkar) dengan lambang pohon beringin di Kabupaten Pacitan dan juga mantan Pimpinan Kecamatan Ngadirojo Pacitan Eina Putranto mengaku kecewa dengan sistem yang dipakai dalam pemilihan calon legislatif dan juga majunya Gagarin sebagai wakil bupati Pacitan.
Eina menyebut dalam pemilihan tersebut tidak sesuai dengan AD/ART serta mekanisme sistem kaderisasi yang tidak jalan hingga saat ini. Ia sadar, meskipun dia sudah lama menjadi kader, namun dirinya sadar itu merupakan politik.
Selain itu, Eina mengindikasi bahwa politik adalah kepentingan pribadi dan dimonopoli oleh kekuatan. “Siapa yang tidak tahu politik itu adalah keinginan,dan pada akhirnya hanya untuk kepentingan pribadi. Padahal yang sebenarnya politik itu untuk menghantarkan suara kepada rakyat,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (2/4/24).
Dari keadaan seperti itu, Eina merasa sangat prihatin dengan menurunnya suara partai Golkar yang semula pada tahun 2019 mendapatkan 9 kursi dan di pemilu 2024 turun menjadi 7 kursi.
Tak hanya itu saja, Eina mencontohkan berupa bantuan dan aspirasi karena semua calon berangkat dari partai politik, dimana kontribusinya bukan untuk politik namun untuk dirinya sendiri. “Itu menjadi pengaruh psikologis besar bagi masyarakat. Padahal mereka berangkat dari partai politik,” terangnya.
Eina berharap bagaimana kedepan Golkar dapat membangun sistem seperti dulu, bukan seakan-akan partai atau organisasi itu milik pribadi.”Harapan kami bagaimana membangun sistem kembali seperti dulu, kaderisasi diutamakan, sosialisasi, struktur organisasi dijalankan, bukan seakan-akan partai politik milik pribadi dan untuk memanfaatkan demi kepentingan pribadi,” pungkasnya.